Home Fokus Bali Budidaya Lebah Tak Bersengat sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat dan Konservasi Lingkungan di...

Budidaya Lebah Tak Bersengat sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat dan Konservasi Lingkungan di Kalanganyar Kaler, Karangasem

Pelatihan budidaya lebah tak bersengat di Banjar Dinas Kalanganyar Kaler, Desa Seraya Barat, Karangasem. 

AMLAPURA, fokusbali.com – Desa Seraya merupakan daerah yang ekonominya cukup tertinggal dibandingkan daerah lainnya di Kabupaten Karangasem, Bali. 

Dengan UMK sebesar Rp. 2.813.672 menjadikan Karangasem sebagai salah satu kabupaten dengan UMK terendah di Bali. 

Hal inilah yang mendorong tim pelaksana program pengabdian kepada masyarakat, yang diketuai oleh I K. Putra Juliantara dari Program Studi Biologi, FMIPA, Universitas Udayana untuk melaksanakan pelatihan budidaya lebah tak bersengat (Heterotrigona itama) sebagai upaya pemberdayaan masyarakat dan konservasi lingkungan bagi kelompok usaha bersama (Kube) Baruna Karya di Banjar Dinas Kalanganyar Kaler, Desa Seraya Barat, Karangasem. 

Kegiatan ini termasuk program pengabdian kepada masyarakat dengan ruang lingkup Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat (PKM) dan didanai oleh Direktorat Riset Teknologi dan Pengabdian Kepada Masyarakat (DRTPM), Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi (Dirjen Diktiristek), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) pada tahun 2024. 

I Wayan Negara selaku Ketua Kube Baruna Karya mengungkapkan bahwa pada tahun 2015, Kube Baruna Karya mendapatkan bantuan program KUBE dari Kementerian Sosial sebesar Rp20 juta. 

Dana bantuan inilah yang digunakan sebagai dana awal untuk mengembangkan Kube yang beranggotakan 10 orang dengan membeli 4 ekor anak sapi dan mengembangbiakannya. 

BACA JUGA:   Satpol PP Dan Disperindag Sidak Mall, Cegah Klaster Baru Penyebaran COVID-19

Setiap tahunnya, Kube Baruna Karya menjual hasil ternaknya berupa 2 anak sapi dengan nilai jual rata-rata sebesar 10,5 juta rupiah. 

Apabila pendapatan ini dibagi dengan 10 orang anggotanya, maka pendapatan tiap orangnya berkisar Rp. 87.500 per bulannya.

Hal inilah yang menyebabkan seluruh anggota KUBE termasuk masyarakat dengan pendapatan sangat rendah.

Lebah Heterotrigona itama merupakan lebah yang tidak memiliki sengat (stingless bee) dan mudah beradaptasi pada lingkungan baru. 

Selain itu, Lebah ini adalah serangga yang cocok hidup di iklim tropis dan dataran rendah, asalkan terdapat sumber makanan di sekitarnya. 

Beberapa kelebihan lebah tak bersengat dibandingkan lebah biasa (Apis sp.) adalah lebah ini memiliki preferensi sumber pakan yang lebih beragam, dapat berupa tanaman hias, tanaman petanian, tanaman kehutanan, tanaman buah, dan tanaman sayur-sayuran, mampu mengambil makanan dari bunga rumput yang tidak mampu dihisap oleh lebah genus Apis, dan jumlah propolisnya lebih banyak berkisar 3 kg/ sarang.

Program pengabdian kepada masyarakat ini terdiri dari berbagai tahapan pelaksanaan yaitu sosialisasi, penyerahan hibah (serah terima asset), pelatihan I dan pendampingan, monitoring dan evaluasi, pelatihan 2, serta penerapan teknologi. 

BACA JUGA:   Penggunaan Masker Jadi Kunci Pencegahan Penularan COVID-19 Melalui Udara di Ruang Tertutup

Materi yang diberikan pada pelatihan I adalah pengenalan lebah tak bersengat (Heterotrigona itama) secara komperehensif oleh I K. Putra Juliantara, sedangkan materi tentang vegetasi tumbuhan sebagai sumber pakan lebah dan peran masyarakat dalam konservasi lingkungan diberikan oleh Martin Joni. 

Pada saat pendampingan, dilaksanakan penanaman bibit tumbuhan sebagai tambahan sumber pakan harian lebah seperti tanaman air mata pengantin (Antigonon leptopus), tanaman xanthos (Xanthostemon chrysanthus), dan tanaman kelengkeng (Dimocarpus longan).

Pelatihan II diberikan oleh Ida Bagus Made Baskara Andika dengan fokus pelatihan tentang cara panen madu, cara menjaga kualitas produk, pengemasan produk (packaging), dan marketing produk. 

Selain itu, penerapan teknologi yang dipraktekkan langsung oleh mitra sasaran yaitu pemanenan madu dengan menggunakan alat isap madu. 

Berbagai pelatihan yang diberikan ini, diharapkan memberikan peningkatan keterampilan budidaya lebah tak bersengat dari hulu (pengetahuan tentang budidaya lebah tak bersengat) sampe ke hilir (pacakaging produk sampai pemasarannya).

Program pengabdian masyarakat ini juga melibatkan 2 orang mahasiswa yaitu Cindy Anggraeny dan Riris Tiarma Shantika Pandiangan. 

BACA JUGA:   Dewa Made Indra: Jangan Lagi Ada Penolakan Karantina PMI

Program ini direkognisi sebagai mata kuliah MBKM (Merdeka Belajar Kampus Merdeka) pada mata kuliah entomologi, biodiversitas, interaksi hewan dan tumbuhan dengan total 6 SKS. 

Mahasiswa pun antusias mengikuti kegiatan ini karena selain belajar secara teori (mereview jurnal nasional dan internasional pada mata kuliah tersebut yang terkait dengan program ini), mahasiswa dapat melaksanakan observasi dan praktek langsung di lapangan.

“Saya selaku pembina, mengucapkan terima kasih kepada tim dari Universitas Udayana. Semoga kedepannya kelompok kami bisa lebih sejahtera dan bisa meningkatkan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi sehari-hari,” ujar I Wayan Duduk selaku Pembina Kube Baruna Karya. 

Dengan terselenggaranya program pengabdian masyarakat ini, diharapkan terlaksananya pemberdayaan masyarakat dalam aspek produksi: peningkatan pendapatan) dan aspek sosial kemasyarakatan (peningkatan keterampilan budidaya lebah, sehingga kesejahteraan masyarakat, khususnya Kube Baruna Karya, meningkat. 

Selain itu, budidaya lebah tak bersengat juga turut meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjaga, memelihara, dan merawat vegetasi tumbuhan yang telah ada karena semakin berlimpahnya sumber pakan lebah (vegetasi tumbuhan), maka semakin meningkat pula produksi madu yang dihasilkan.

Komentar