IFC Dorong Sarung Sebagai Identitas Mode Indonesia

IFC Dorong Sarung Sebagai Identitas Mode Indonesia

GIANYAR, fokusbali.com – Sarung merupakan salah satu warisan tradisi Indonesia yang sudah ada sejak awal abad ke-20 dan merupakan simbol nasionalisme pada saat itu. Keberadaan dan penggunaan sarung dimasyarakat terus dilestarikan salah satunya lewat Hari Sarung Nasional yang diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada tahun 2019 untuk diperingati setiap tanggal 3 Maret.

Guna terus mempopulerkan penggunaan sarung dimasyarakat, Indonesian Fashion Chamber (IFC) mendorong penggunaan sarung dengan gaya kekinian, yang bisa diadaptasi sesuai dengan selera pasar global.

Untuk bisa menjadi trendsetter, industri fashion di Indonesia haruslah memiliki keunggulan dan identitas yang dapat dijadikan ciri khas pembeda dengan produk fashion barat, dan sarung bisa menjadi salah satu terobosan yang menarik.

IFC Chapter Denpasar turut ambil bagian dalam upaya mempopulerkan penggunaan sarung lewat event gathering yang diikuti oleh desainer ternama di Bali, juga mahasisiwi dari jurusan mode. Konsep gathering ini adalah bagaimana styling sarung yang keren, sehingga sarong tidak hanya dapat dikonsumsi oleh pasar lokal, tetapi juga pasar global.

BACA JUGA:   Hadir di Paris Front Row 2022, Viva Cosmetics Konsisten Dukung Industri Kreatif di Kancah Internasional

Menurut Neli Gunawan, selaku Wakil Ketua IFC Denpasar, gathering ini bertujuan menggaungkan penggunaan sarung sebagai gerakan nasional agar dikenal secara global.

Neli mengatakan saat ini masih banyak masyarakat yang jarang ber-sarung dan menganggap sarung terkait dengan agama tertentu.

“Padahal sarung itu tidak terpaut dengan satu agama khusus. Sarung sebenarnya lebih ke tradisi Indonesia,” katanya ditemui sesusai Gathering di restoran Masa Masa Bali, Minggu (5/3/2023).

Neli menjelaskan, Sarung yang merupakan kain panjang tubular digunakan dengan cara dililit, diikat, dan disematkan merupakan bagian busana yang umum digunakan oleh orang Timur khususnya Nusantara. Oleh sebab itu sarung dapat dijadikan identitas mode Indonesia.

Gerakan nasional ber-sarung ini, lanjut Neli, digelar serempak oleh 13 IFC di seluruh Indonesia dengan 235 member yang kompak menggunakan sarung dihari tersebut.

Neli menuturkan, misi IFC kali ini salah satunya memunculkan sarung sebagai gaya berbusana. “Kalau batik dan endek kan lebih ke jenis bahan, kalau Sarung gaya berbusana, dan bisa menjadi pengganti rok dan celana, bisa dipakai perempuan maupun laki-laki,” paparnya.

BACA JUGA:   Dialog Dini Hari Luncurkan Single Ekspresikan Solidaritas untuk Tenaga Medis

Event yang digagas IFC untuk mempromosikan sarung sebagai fashion item yang lebih trendy dan fashionable ini menggunakan hashtag #Sarongismynewstyle, sekaligus memperkenalkan sarung sebagai salah satu fashion item yang dapat dipadupadankan dengan fashion items lainnya, seperti kemeja, blouse, outer, dan lainnya.

Sementara untuk di Bali yang merupakan destinasi wisata dunia, Neli memaparkan sarung harusnya bisa diterima wisatawan khususnya wisatawan asing.

“Misalkan kain pantai. Itu kan sebenarnya salah satu cara orang mengimplementasikan sarung ke busana sehari-hari. Dan merekapun menyebutkannya Sarong. Itu merupakan tanda bahwa orang-orang tahu, cuma tidak terbiasa saja,” kata Neli.

Untuk itu, Neli percaya Sarung memiliki potensi untuk go global apalagi banyak event fashion show diluar negeri seperti di Prancis dan Milan (Italia) yang menggunakan sarung mirip dengan yang dipakai di Indonesia.

“Buat saya itu (go global) bukan suatu hal yang mustahil. Hanya orang kita sendiri juga jangan sampai lupa ini budayanya kita seperti halnya batik,” katanya.

Terkait gerakan ber-sarung ini, IFC juga telah mengirimkan surat terbuka ke Presiden Jokowi yang isinya agar presiden menghidupkan kembali gerakan ini.

BACA JUGA:   Gubernur Koster Targetkan Akhir Mei Bali Bebas dari COVID-19

“Harapan kami gaya sarung yang merupakan gaya berpakaian timur dapat sejajar dengan gaya berpakaian barat yang selama ini telah dikenakan. Sejajar dengan rok dan celana, menjadi gaya urban dan global,” ungkap IFC dalam surat tersebut.

IFC juga memaparkan giat ber-sarung ini akan bisa menggerakan perekonomian masyarakat, baik di kota maupun di daerah, baik desainer maupun pengrajin atau UMKM.

Komentar